artikel pelayanan kebidanan komunitas




PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Hubungan interaksi antara bidan dan pasiennya dilakukan melalui pelayanan kebidanan. Pengertian pelayanan kebidanan di sini adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Peran dan fungsi bidan diimplementasikan dalam bentuk pelayanan kebidanan. Tujuan dari pelayanan kebidanan adalah komunitas adalah meningkatnya kesehatan ibu, anak dan balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat dan sejahtera di dalam komuniti tertentu. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan kelompok masyarakat (komuniti).

Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Manajemen kebidanan adalah metode asuhan atau pelayanan yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasien dari gangguan kesehatan yang dapat membahayakan hidupnya. Didasarkan pada upaya tersebut, maka kegiatan pelayanan komunitas yang dilakukan oleh bidan adalah:
• Penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan
• Pemeliharaan kesehatan ibu dan balita
• Perbaikan gizi dan Keluarga
• Imunisasi pada ibu dan anak
• Pertolongan persalinan di rumah
• Pelayanan keluarga berencana.
Dalam kesempatan kali ini, penyusun mencoba menguraikan mengenai pelayanan kebidanan komunitas dalam hal masa nifas, bayi baru lahir dan Keluarga berencana.

PERIODE PASCAPARTUM BBL DAN KB

I. Periode PascaPartum Imediat
Setelah persalinan ibu mengalami perubahan anatomis dan fisiologis sesuai transisi tubuhnya pada status tidak hamil normal. Professional perawatan kesehatan paling baik mendukung ibu untuk menjalani tahap pengasuhan bayi ini dengan menguatkan kemampuan ibu untuk merawat bayinya, memvalidasi pengaruh budaya yang penting bagi ibu dan keluarganya, member bimbingan dan konseling yang tepat dan mengkaji status fisik serta psikososial ibu.
Perubahan Fisik dalam Perode PascaPartum Imediat

a. Sistem Reproduksi
Transisi uterus, serviks dan vagina dari status hamil ke tidak hamil disebut sebagai involusi. Proses involusi uterus meliputi : kontraksi uterus, autolysis sel miometrium, regenerasi epithelium. Segera setelah kelahiran, kontraksi menurunkan ukuran uterus sampai kira-kira ada di tengah antara simfisis dan umbilicus. Selama 12 jam kemudian fundus stabil setinggi umbilicus, kemudian menurun kira-kira 1 cm atau selebar 1 jari setiap harinya, meskipun ada berbagai pertimbangan dalam hal pola involusi (Cluett, Alexander, dan Pickering, 1997).
Segera setelah kelahiran ada penurunan pada estrogen, progesterone, human placental lactogen(hPL), dan human corionic gonadotropin (hCG), yang mengakibatkan keterbalikan pada sebagaian besar perubahan system terkait dengan kehamilan.

b. Payudara
Ibu yang tidak menyusui mengalami involusi jaringan payudara selama minggu pertama setelah melahirkan. Pada pascapartum hari ke2-4 pembesaran payudara primer dapat dialami sebagai akibat distensi dan stasis vascular dan system limfatik. Ketika ASI membengkakan lobul-lobul dan alveoli pembesaran payudara sekunder dapat dialami. Kurangnya stimulasi putting menimbulkan penurunan kadar prolaktin dan produksi ASI berhenti.
Memulai laktasi
Persiapan fisik dan fisiologis untuk menyusui mulai dini pada kehamilan. Singkatnya, setelah konsepsi payudara meningkat ukurannya dan pigmentasi areola makin gelap. Meskipun kadar prolaktin meningkat selama kehamilan, peningkatan kadar estrogen dan progesterone sirkulasi menghambat laktasi. Setelah kelahiran kadar estrogen dan progesterone menurun secara drastic yang memungkinkan prolaktin merangsang sintetis ASI. Selain itu, penurunan kadar katekolamin menekan sekresi prolactin inhibiting factor (PIF) dari hipotalamus. Ketika suplai ASI telah terjadi, kadar prolaktin dasar tetap dua sampai tiga kali lebih tinggi dari kadar kehamilan dan kadar ini meningkat 10-20 kali pada saat pengisapan. Kadar prolaktin meningkat dengan segera pada awal pengisapan dan jumlah prolaktin yang dilepaskan serta volume ASI yang dihasilkan secara langsung berkaitan dengan jumlah pengisapan (Chan, 1997).
Refleks ejeksi ASI mengakibatkan ASI diejeksikan ke dalam system duktus dan sinus. Pengisapan memberi stimulasi neural dibawah putting yang kemudian yang kemudian ditransmisikan via neuron aferen dalam korda spinalis ke hipotalamus yang mengakibatkan pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior.
Kolostrum adalah subsatansi pertama yang dihasilkan oleh sel sekretori dalam alveoli. Cairan ini sering dikeluarkan pada setengah proses persalinan kemudian dan ada sampai ASI tradisional diproduksi beberapa hari setelah kelahiran. Kolostrum adalah cairan jerih kekuningan yang proteinnya lebih tinggi daripada ASI sejati tetapi karbohidrat, lemak dan kalorinya lebih rendah (67 kcal/dl).

c. Sistem Kardiovaskuler
Segera setelah melahirkan curah jantung meeningkat sampai kadar 60% sampai 80% lebih tinggi dari kadar sebelum persalinan, kemudian mulai menurun setelah 10 menit (Blackburn dan Loper, 1992). Peningkatan pada tekanan darah pada sistolik dan diastolic kira-kira 5 % umum terjadi selama 4 hari pasca partum. Tekanan darah menurun selama dua hari pertama setelah melahirkan pada ibu yang kehamilannya lanjut. Aktivitas fibrolitik meningkat sampai puncaknya selama 3 jam pertama setelah melahirkan.
Factor pembekuan lain menurun selama 1 minggu setelah kelahiran kemudian mencapai kadar normalnya sebelum hamil. Perubahan pada factor koagulasi, bersamaan dengan penurunan mobilitas, peningkatan risiko terjadinya tromboembolik pada periode pascapartum imediat.

d. Sistem Ginjal
Telah diperkirakan bahwa 30-60% ibu mengalami inkontinensia stress urinarius selama kehamilan, dan banyak ibu ini terus mengalami masalah tersebut selama periode pascapartum. Relaksasi spingter uretral dan penurunan kekuatan otot pelvis menimbulkan inkontinensia stress urinarius (Meyer et al., 1998)

e. System Gastrointestinal
Tonus dan motilitas gastrointestinal menurun selama perode pascapartum imediat. Tonus abdomen yang lembek disertai penurunan motilitas dapat menimbulkan distensi gas 2 sampai 3 hari setelah melahirkan (Blackburn dan Loper, 1992). Rasa takut terhadap nyeri pada sisi laserasi, episiotomy, atau hemoroid dapat memperberat konstipasi pada minggu pertama setelah melahirkan. Pola defekasi normal ibu harus terjadi selama minggu pertama.